Monday, May 9, 2011

Para Pecandu Jalan-jalan

Hari gini belum pernah ke lombok? Hari gini belum pernah ke bromo?
Semakin mendengar cerita dari teman-teman kami tentang keindahan kedua tempat
tersebut semakin membulatkan tekad kami untuk berkunjung kesana.

Berhitung, berhitung dan berhitung budget kami lakukan tetapi selalu mencapai
titik klimaks: duit kita ga akan cukup! hahahaa... sedih rasanya jadi turis kere.

Putus asa? Tentu tidak... hasil googling, masuk milis kanan kiri, ngaskus dan
sok kenal sok dekat dengan teman yang ada disana akhirnya membulatkan tekad kami
berempat untuk keliling bromo - lombok - bali selama 9 hari dengan: ngeteng! :p

Sabtu, 27 Februari 2010 pukul 17.00 kami berkumpul di gambir untuk kemudian menuju Surabaya. Banyak yang mengira kami menggunakan kereta eksekutif...padahal mah kami berada di gerbong belakang kereta eksekutif alias BISNIS! :p ya, untuk meminimalisasi biaya kami naik kereta bisnis ke surabaya dengan lama perjalanan 12 jam dan harga karcis 180.000 saja. cring! *eh tadinya malah kami mau naik ekonomi loh* :P Seru sekali naik bisnis ini, kereta akan singgah di beberapa kota kecil dan akan ada "alarm berjalan" a.k.a pedagang asongan yang siap menyapa Anda serta bonus sauna gratis di dalam kereta.


Finally setelah 12 jam akhirnya kita tiba di kota Surabaya dan tempat pertama tujuan kami adalah: warteg! As usual, kami tidak pernah memasang "muka polos" ketika tiba di suatu tempat baru...yang sering kami lakukan adalah pura-pura mampir ke warung sambil bertanya rute bus atau angkutan kota. Hal lucu di stasiun Surabaya ini adalah setiap warteg memasang tarif 2.000 untuk sekali "colok" :p

yance: maaf bu bisa numpang nge-charge
ibu warteg: oh bisa,disitu aja
*dan ternyata ditembok itu terpampang tulisan charge HP Rp 2.000*
hahahaha...nge-charge aja bayar ya bisik yance

Atas petunjuk dari den mas Ipung, salah satu teman kantor yang asli wong Suroboyo
kami disarankan untuk naik taksi dari depan stasiun. Pilih bluebird ya! Oke mas...

Yance: Pak, taksinya pake argo kan?
Supir: Iya tenang aja ini argo kok
*padahal ini bukan taksi bluebird*

Antara percaya dan engga dengan si supir kami kroscek dengan GPS.

Nanien: tuk, kita ga diculik kan ya??
Ngantuk: aman kok aman, arahnya udah bener ini

Yang ga aman ternyata adalah: ARGO!
Ya, taksi yang kami tumpangi ternyata memasang argo kuda. Alhasil dari stasin Pasar Turi ke Terminal Bungurasih menghabiskan ongkos 67.500 *a little bit shock karena itu jumlah yang lumayan untuk ukuran kantong kami*

Atas petunjuk mbah google,kami harus mencari bus jurusan Probolinggo dan dengan polosnya yance pun berkata pada preman terminal: saya mau ke probolinggo mas!
*Ceee, jgn jujur2 banget dong ah* Kita pun diarahkan buat naek bus jurusan Jember!

Kami mulai debat: ini Jember, bukan Probolinggo..
ehh tapi ada tulisan Probolinggo??
Mungkin Jember ada disamping Probolinggo?
Ah entahlah...
Bismillah, coba aja deh..nyasar ditanggung Yance. :D

Ternyata feeling Yance bener, ini bus emang jurusan Jember tapi lewat Probolinggo.
Dengan harga tiket hanya 20.000 saja, kami menikmati 2 jam perjalanan dalam bus AC.
Di perjalanan Nanien memilih duduk sendiri, Adi berdua dengan Lani...Yance?? Jangan ditanya, dia sudah tidur dengan manisnya di pojokan kursi sendirian. So far perjalanan kami masih menyenangkan dan belum ada "hambatan".

Dua jam berlalu dan mas-mas kondektur pun berteriak: PROBOLINGGOOOO...
Horeee....sebentar lagi kita akan melihat bromo! *hmmm...sebentar*

Petunjuk berikutnya adalah dari terminal probolinggo kami harus menumpang mobil bison untuk sampai ke desa terakhir yang terdekat dengan bromo. Berkenalanlah Yance dengan seorang preman di terminal dan langsung ditembak harga: 50.000!


Nanien: aku bar minggu wingi nang bromo loh mas, masa regane wes munggah
Preman: loh pancen semono mbak, ora tak larangke wes
Nanien: tak tawar telung puluh limo, nek sampeyan ra gelem yowes tak golek sing liyane
Preman: yowes lah mba!

Deal, 35.000 saja! Ya, preman memang harus digertak sedikit kadang.

Si bison pun bergerak meninggalkan terminal dan perasaan kami campur aduk antara senang dan terharu akhirnya bisa melihat bromo.

Lima menit kemudian...

Supir: Kita tunggu penumpang dulu ya mas, mba sambil mas nya bisa makan dulu di warung
Lani: Wah ndak apa-apa pak, santai aja
*asumsi kami tunggu menunggu penumpang ini paling lama 30 menit*

Kenyataannya...

1 jam berlalu
2 jam
3 jam...
Dan si mas supir pun berkata santai: nek ga penuh 20 orang yo aku ra iso mlaku mba, rugi bensine soale kan adoh opo mas nya mau carter? Tapi lima ngatus ewu yo...

Jujur kami tidak punya uang sebanyak itu untuk membayar bison.

Akhirnya setelah LIMA JAM menunggu, bison pun bergerak menuju cemoro lawang, desa terakhir sebelum gunung bromo. Perjalanan ke cemoro lawang kurang lebih hanya 1,5 jam dengan medan yang berliku tapi pemandangannya WOW, INDAH!



Ngantuk: emang butuh pengorbanan untuk melihat sesuatu yang indah dan pengorbanan kita selama 5 jam terbayar sudah dengan kecantikan bromo.

Malamnya kami menginap di wisma alakadar dengan biaya hanya 100.000. Kenapa alakadar? Karena saking minimnya fasilitas, bahkan untuk colokan listrik saja kami harus mengungsi ke rumah sebelah. :P



Saat makan malam kami sempat ditawari calo jeep dengan harga 320.000 dari harga resminya 275.000. Harap berhati-hati memang untuk orang yang belum pernah ke Bromo karena calo ini menjamur disana.

Dini hari sekitar jam 3 kami dibangunkan supir jeep untuk persiapan memburu matahari. Ternyata mobil jeep hanya bisa mengantar sampai ke pananjakan dan sisanya kami harus berjalan kaki menyusuri anak tangga. Sebenarnya jarak dari tempat parkir ke menara pandang sangat dekat tapi berhubung tipisnya oksigen jadi nafas pasti cenderung jadi pendek.

Tunggu punya tunggu terbitlah sang surya....





Sekitar jam 7.00 kami kembali turun dan meneruskan perjalanan ke kawah bromo. Berhubung kami adalah "turis kere" jadilah ketika semua orang asik naik kuda sampai puncak dengan membayar 75.000, kami berempat memilih olahraga kaki. :P

Pemandangan dari atas kawah juga luar biasa indahnya. Kami hanya bisa berdecak kagum sambil berkata: di Jakarta ga ada nih view kaya gini. hahahhaa...




Tepat jam 9.30 kami kembali ke penginapan alakadar untuk bersiap-siap menuju perjalanan panjang berikutnya ke Bali. Oiya, kami menumpang bison yang sama untuk sampai ke terminal Probolinggo.

Ahh bromo, suatu saat pasti kami akan kembali lagi. :)

Petunjuk berikutnya untuk menuju Lombok adalah kami harus menumpang bus ke arah Banyuwangi untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan dengan kapal ferry ke Bali dan kemudian melanjutkan ferry lagi ke Lombok. Ternyata lagi-lagi kami salah perhitungan! Bus patas AC dari probolinggo ke Banyuwangi hanya ada di sore hari. Setelah perundingan singkat kami memutuskan menggunakan bus ekobomi demi menghemat waktu dan biaya pastinya. Seru loh bus ini, hanya dengan membayar 25.000 untuk perjalanan selama 5 jam kami diantar sampai ke tempat tujuan plus bonus ayam kampung, ikan, sayur mayur. *wink*

Perjalanan menuju banyuwangi menurut kami agak sedikit monoton karena tidak banyak pemandangan yang bisa dinikmati. Pemandangan yang ada hanyalah PLTU paiton yang terletak persis dipinggir pantai. Tepat jam 17.30 kami tiba di terminal Banyuwangi dan kami disarankan untuk menumpang angkot kuning ke arah pelabuhan dengan biaya hanya 5.000 saja! *cring*

Beruntungnya kami,pada saat tiba di pelabuhan penyebrangan ternyata ada jadwal kapal feri yang akan berangkat pukul 18.30.
Alhamdulillah. :)
Naik ferry ini menyenangkan loh, dengan biaya hanya 13.000 rupiah saja dan perjalanan tidak terlalu lama (only take 1 hours),plus bonus pemandangan cantik dari atas kapal.


Sedikit ujian mulai terjadi saat kami tiba di pelabuhan Gilimanuk, karena ternyata angkutan kota di Bali hanya beroperasi sampai pukul 17.00! sungguh diluar bayangan kami yang berpikir Bali itu seperti Jakarta dan Bandung yang 24 jam selalu hidup.

Setelah olahraga keliling pelabuhan Alhamdulillah kami dipertemukan dengan bapak2 calo yang menawarkan jasa minibus ke terminal Ubung Bali dengan biaya 40.000. Alhamdulillah *sedikit lega*

Bus ini super mini,mau bergerak ke kanan kiri saja susahnya minta ampun dan perjalanannya ternyata cukup jauh sekitar 2 jam. *glek*
Benar2 super petualangan deh,kami berempat tidak ada yg tahu terminal bali itu berada???
Pasrah aja lah ya,toh kalopun nyasar ya empat orang ini. :P

Nah kesulitan berikutnya di terminal Ubung ternyata sudah tidak ada bus ataupun angkutan yang menuju ke Padangbai. Kami berusaha tawar-menawar dengan supir "angkot gelap" tapi hasilnya nihil. Rasanya kami hampir putus asa dan memutuskan untuk menginap di Bali saja.

Lani: ya udah kita isi perut dulu, mungkin kalo kenyang kita bisa mikir

Dan mampirlah kami ke sebuah warung padang untuk mengisi perut. Wow ga di Jawa ga di Bali ternyata calo itu pantang menyerah ya... kami makan pun masih saja ditawarin mobil.

Yance: Woy pak, budget kita cuma 35 nih...kalo mau jalan kalo ga mau ya udah!!

Debat debat dan debat akhirnya supir tersebut takluk juga. Berangkat lah kami dengan sebuah angkot gelap ke pelabuhan Padangbai yang lagi-lagi entah dimana keberadaannya.

Nanien: ini nyasar ga sih??
Yance: tenang ga mungkin nyasar
Nanien: tau dari mana kita ga nyasar dan ga dibawa lari??
Yance: Just my feeling, udah tidur aja gih nien ini jauh

Lewat tengah malam kami tiba di pelabuhan dan ternyata kapal sudah pergi meninggalkan kami. Bagai anak ayam kehilangan induk, di tengah malam kami pun terlantar selama hampir 1 jam sambil nunggu kapal berikutnya.

Lani: duduk dimana kita??
Ngantuk, yance: disini saja (dalam ruangan kapal)
Lani: oke,gw jalan bentar ya *lenyap entah kemana*

beberapa menit kemudian....

Lani: pindah ke atas aja yuk enak loh sepi
Yance: yakin? nanti klo hujan gimana?
Lani: tenang langit cerah,ga mungkin hujan. kita bisa tidur sambil menatap bintang dan bulan loh!
*Baiklah*

1 jam pertama aman
1 jam kedua aman
1 jam ketiga...lagi seru-serunya mimpi...

Lani: bangun, bangun, bangun!!
Nanien: apaan sih?? msh lama tau!!
Lani: maaf kawan2 hujan
*mari kita lempar si Lani ini ke laut!*

Pukul 06.00 kami tiba di pulau Lombok dan wow dari jauh saja indah sekali pemandangannya!Rasanya kami tidak sabar untuk sampai di bangsal dan menyebrang ke pulau Gili.

Sebenarnya ada kapal cepat langsung dari Bali menuju Gili trawangan akan tetapi harganya tidak sesuai dengan kantong kami yang cukup tebal ini. Untuk kalian yang ingin serba praktis bisa mencoba kapal perama yang lebih bagus dan praktis pastinya.

Ternyata kebahagiaan kami hanya sejenak saja karena ternyata di darat tidak ada angkutan kota sama sekali, yang ada hanyalah rombongan para supir gelap dengan harga selangit.Ya, lagi-lagi sebuah pelajaran penting bahwa di kota selain Jakarta dan Bandung angkutan umum tidak beroperasi 24 jam.

Kami memutuskan untuk berjalan keluar dari halaman pelabuhan sambil berharap "ah semoga ada angkutan biasa dengan harga murah" Perjuangan kami berbuah manis, dari harga supir gelap yang 75.000 per orang kami berhasil mendapat angkutan kota dengan biaya 120.000 saja untuk empat orang!

Horeeee...pelabuhan bangsal ya Pak!

Karakter orang Lombok ramah sekali, si Bapak supir ini memberi kami beberapa tips jika nanti akan kembali ke kota Lombok. Wah berbeda sekali dengan orang-orang yang sering kami temui di Jakarta ya! :)

Untuk menuju pulau Gili kami harus menumpang kapal kayu dengan biaya 10.000 saja tapi dengan syarat penumpang harus penuh. Alternatif lain kami bisa mencarter perahu tersebut dengan biaya yang jauh lebih mahal. Pastinya kami memilih alternatif termurah dong!

1,5 jam di boat akhrinya GILI TRAWANGAN! wah, mimpi rasanya kami bisa sampai di Gili setelah perjalanan super panjang ini.



Tugas berikutnya kami harus mencari penginapan dengan budget kurang dari 150.000 per malam. Masuk gang, keluar gang, ketok pintu, tawar menawar...yes, finally kami mendapat kamar 120.000 dengan fasilitas double bed, kamar mandi dalam dan minus AC pastinya.


Gili trawangan penuh dengan turis mancanegara, mungkin jumlah turis lokal hanya sekitar 10% saja dari total pengunjung. Ya, kami bagaikan turis asing di negara sendiri. Cafe, pub dan tempat hiburan sangat menjamur di pulau ini dan warteg pastilah jumlahnya sangat minim.

Untuk kalian yang berkantong tipis bisa mencari makan di sekitar lapangan, ada beberapa warung kecil yang harganya cukup terjangkau dengan range 10-20 ribu dibandingkan harus makan di cafe. Aktifitas yang bisa dilakukan di pulau gili ini
bermacam-macam mulai dari bersepeda keliling pulau, diving, snorkeling atau naik cidomo. Kami berempat tidak memilih salah satu dari kegiatan tersebut! Atas saran alias ide gila dari Lani yang beranggapan pulau Gili itu "mini" kami memutuskan jalan kaki keliling pulau. Jujur saja saat itu kami hampir putus asa karena sudah 3 jam berjalan tapi belum ada titik terang. Hahahaha... sungguh pengalaman yang tak
terlupakan! Bahkan pemilik losmen tempat kami menginap berkata: saya bertahun-tahun disini saja belum pernah jalan kaki keliling pulau. :p



Malam pertama di Gili akhirnya terpaksa kami habiskan di kamar karena tenaga kami terkuras untuk keliling
pulau. :))

Pagi harinya kami mengikuti pake tour snorkeling bersama rombongan turis mancanegara. Dari sekian banyak peserta hari itu hanya kami berempat yang asli Indonesia. Beberapa turis ada yang sudah 6 bulan berlibur di Indonesia dan keliling ke beberapa kota. Hmmm...padahal orang Indonesianya sendiri lebih suka jalan-jalan
ke luar negeri ya? :p



Biaya tour ini hanya 90.000 saja sudah termasuk sewa alat snorkeling dan perahu. Cukup terjangkau mengingat tour ini hampir seharian penuh. Pemandangannya jangan ditanya, sepanjang tour kami hanya bisa berdecak kagum melihat indahnya pulau-pulau ini.

Malam harinya atas dasar penasaran apa sih enaknya makan di cafe pinggir pantai kami pun dengan bangganya memasuki sebuah cafe yang paling ramai di gili trawangan. Lucunya saking duit kami tipis, tidak lupa kami membawa bekal aqua botol untuk menghemat biaya! Hahahaa...


Malam itu sekaligus kami berunding rute perjalanan kami berikutnya apakah langsung menuju Bali atau mampir dulu ke kota Lombok. Setelah kami pikir, rugi rasanya sudah jauh ke Lombok tapi tidak menjelajahi kotanya. Dengan modal mbah google malam itu kami pun mencari rental mobil dengan harga terjangkau dan mau menjemput
kami di pelabuhan bangsal. Syukurlah kami berkenalan dengan Bapak xxx pemilik Lombok rental yang cukup kooperatif.Kami diantarkan ke air terjung xxx, pantai senggigi, pusat oleh-oleh dan makan malam di ayam taliwang yang kabarnya terenak di Lombok. Bapak supir ini juga mengantarkan kami sampai ke pelabuhan penyeberangan untukselanjutnya kembali ke Bali menggunakan feri.






Belajar dari pengalaman sebelumnya, tiba di Bali kami langsung mencari supir gelap dan menawar setengah harga! Ya, kali ini kami tidak linglung di pelabuhan. Di Bali kebetulan sekali ada teman kantor yang punya kenalan rental dengan harga miring padahal jujur saja kami belum pernah bertatap muka dengan rekan kami ini.

Lani: mas saya pakai kaos putih duduk dipinggir jalan depan terminal ya
Mas Tri: oke mas, saya ada di mobil dengan plat xxx
"oooh ternyata ini yang namanya mas tri"

Dari mas Tri inilah kami berhasil menyewa sebuah mobil avanza dengan tarif 350.000 selama dua hari. Tugas kami berikutnya lagi-lagi mencari penginapan dengan harga kurang dari 150.000 dan tidak berada di dalam gang! Bisa dibayangkan dong bagaimana susahnya mencari penginapan berharga miring tapi letaknya dipinggir jalan.
Hahahaa... Ada sekitar 5 hotel kecil yang kami masuki, mulai dari "biasa saja" sampai yang super scary karena bentuknya seperti rumah sakit tua. Hampir tengah malam kami akhirnya menemukan sebuah hotel sederhana di jalan nangka yang ternyata sering digunakan para atlet dan anak sekolah yang karyawisata ke Bali.
Pertama kali tahu range harga yang ditawarkan hanya 75.000 kami sempat under estimate kondisi kamar hotel tersebut yang pastinya jauh dari kesan "rapi dan ga spooky" Ternyata dugaan kami salah besar, kamar yang ditawarkan bersih dan nyaman bahkan menurut kami ini adalah kamar ternyaman selama perjalanan panjang beberapa hari ini. Very recommended, dengan harga hanya 75.000 fasilitas yang didapatkan adalah double bed, kamar mandi dalam dan bonus sarapan pagi.

Lovina, Ubud, Dreamland, Kuta adalah tempat-tempat yang kami kunjungi di Bali. Adi dan Yance juga menyempatkan diri mencoba permainan ekstrim, sementara Nanien dan Lani lebih memilih duduk di pinggiran pantai menikmati pemandangan.





Perjalanan 9 hari ini membuat kami banyak berkenalan dan berinteraksi dengan penduduk lokal, satu hal yang tidak akan kami temui jika berlibur menggunakan paket tour.

Kapok? Tentu tidak, justru kami berempat ketagihan melakukan perjalanan gila ini lagi dengan rute Indonesia timur. Ya, one day jika dana kami sudah cukup dan mungkin masing-masing dari kami sudah berkeluarga maka kami akan bersama-sama mengunjungi tempat impian kami berikutnya: komodo dan raja ampat!


Cheers!

niendilace. ^_^

Review budget:
1. Kereta bisnia Jakarta - Surabaya: 180.000
2. Taksi stasiun - terminal bungurasih: 67.500
3. Bus surabaya - probolinggo: 20.000
4. Bison (PP): 70.000
5. Penginapan Bromo: 100.000
6. Jeep: 275.000
7. Bus Probolinggo - Banyuwangi: 25.000
8. Angkot terminal banyunwangi - pelabuhan: 5.000
9. Kapal banyuwangi - bali: 13.000
10. Minubus pelabuhan - terminal bali: 40.000
11. Terminal bali - pelabuhan padang bai: 35.000
12. Padang bai - Lembar (Lombok) : xxx
13. Lombok - Bangsal : 120.000
14. Bangsal - Gili (kapal) PP : 20.000
15. Tour di Gili : 90.000
16. Penginapan di Gili : 120.000
17. Rental di lombok: 350.000
18. Lembar - padang bai: ???
19. Padang bai - terminal bali: 35.000
20. Rental di bali: 350.000
21. Penginapan di bali: 75.000
22. Pesawat air asia Bali - Jakarta: 350.000

Rental lombok : 0370-6686625
Home stay tengger permai : 085236418382
Rental bali : 081805353968

Labels:

Sunday, May 8, 2011

tragedi jatuhnya pesawat merpati

Hari ini saya merasa tergelitik dengan peristiwa jatuhnya pesawat Merpati jurusan Sorong - Kaimana. Tergelitik sekaligus prihatin dan sedih karena di kota tempat jatuhnya pesawat tersebut belum terdapat RUMAH SAKIT. Can you believe it? Ditengah kesibukan dan kehebohan Pemerintah yang sibuk dengan rencana pembangunan gedung nan megah di Jakarta, disisi lain di pelosok Papua sana tidak ada satupun bangunan RUMAH SAKIT. Jenazah para korban jatuhnya pesawat hanya bisa diurus dibawah tenda dan jadi tontonan umum bahkan jadi tontonan anak kecil. Para medis tidak bisa disalahkan karena memang di Kaimana tidak ada sarana tersebut, yang ada hanyalah Puskesmas dengan fasilitas rawat inap yang minim. Di kota kelahiran saya (Manokwari) kondisinya jauh lebih baik, sudah ada rumah sakit angkatan laut dan rumah sakit umum akan tetapi fasilitasnya masih jauh dari lengkap. Mama saya pernah kambuh jantungnya dan terpaksa harus dilarikan ke Jakarta karena tidak ada dokter spesialis yang bisa dijadikan rujukan disana. Bisa dibayangkan apabila kondisinya sedang tidak stabil dan harus menempuh perjalanan setengah hari di Pesawat untuk mencapai pulau Jawa. Sahabat saya pun mengalami hal yang sama, dia sering mengalami sakit kepala selama beberapa bulan belakangan ini dan ingin melakukan MRI akan tetapi lagi-lagi di Papua belum ada sarana tersebut. Terpaksalah dia harus terbang ke Jakarta untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis. Cerita terakhir yang sangat simple adalah adik sepupu saya sudah bertahun-tahun mengeluhkan sering mengalami pusing di daerah mata dan harus konsultasi ke dokter spesialis mata akan tetapi disana tidak ada sarana tersebut. Bayangkan saja untuk membuat sebuah kacamata baru dan berkonsultasi dengan dokter spesialis, Om saya harus mengeluarkan uang tiket yang tidak murah.

Ironis?? Ya, tentu saja! Harapan saya ke depannya Pemerintah pusat lebih memperhatikan lagi kondisi infrastruktur kesehatan yang ada di Papua dan memperbanyak jumlah dokter spesialis yang ada disana.

Labels: